“Jurnalisme bukan hanya soal netralitas, tapi juga soal keberpihakan pada masa depan,” tegas Hendri.
Ia mendorong para jurnalis untuk menggali lebih dalam, mencari akar persoalan lingkungan, dan menuliskannya dengan nurani, bukan sekadar mengejar sensasi atau kecepatan.
Dalam pandangannya, keberanian seorang jurnalis dalam menyuarakan krisis ekologi dapat menjadi pemantik kesadaran publik dan bahkan memengaruhi arah kebijakan.
"Jurnalis harus mampu mempengaruhi arah kebijakan publik lewat tulisannya. Jangan hanya berhenti pada peliputan," ujar Hendri yang dikenal sebagai pegiat media lingkungan.
Baca Juga:Bulog "Tidur", Petani Jagung Lampung Timur Gigit Jari: Harga Anjlok, Jagung Membusuk
Ketua AJI Bandar Lampung, Dian Wahyu Kusuma, berharap pelatihan ini bisa memberi dampak nyata. "Kami ingin para jurnalis yang ikut mampu menyuarakan isu lingkungan secara berkelanjutan," ucap Dian.
Sebagai tindak lanjut, pada Rabu (14/5/2025), seluruh peserta pelatihan dijadwalkan untuk turun langsung ke lokasi konservasi Kukang di wilayah Kabupaten Tanggamus.
Mereka juga akan menemui kelompok tani hutan yang selama ini terlibat dalam pelestarian kawasan hutan.
Langkah ini bertujuan agar jurnalis tak hanya menulis dari balik meja, tapi benar-benar memahami persoalan lingkungan dari lapangan dan narasumber langsung.
AJI dan YIARI berharap, ke depan akan lebih banyak berita lingkungan yang informatif dan menggugah kesadaran publik.
Baca Juga:Tips Memilih Hewan Kurban di Idul Adha 2025
Kontributor : Agus Susanto